Bagi Evan Dimas, cintanya pada si kulit bundar kini menemukan bentuk baru—bukan lagi sebagai pengatur tempo di lapangan, melainkan sebagai pelatih yang memadukan sepak
Bagi Evan Dimas, cintanya pada si kulit bundar kini menemukan bentuk baru—bukan lagi sebagai pengatur tempo di lapangan, melainkan sebagai pelatih yang memadukan sepak