Raja Remontada: Barcelona Hansi Flick dan Seni Membalikkan Keadaan

Bagi pendukung Barca, drama seperti ini sudah menjadi pemandangan akrab sejak Hansi Flick mengambil alih kursi pelatih. Comeback seolah melekat erat dengan DNA tim, hingga julukan “Raja Remontada” semakin relevan disematkan.

Rekam Jejak Comeback di La Liga

Musim lalu, Barcelona berulang kali membalikkan keadaan di liga domestik. Lawan Valencia dan Rayo Vallecano, mereka bangkit dari ketertinggalan 0-1 untuk menang identik 2-1.

Panggung terbesar tentu hadir di El Clásico Montjuïc, ketika dari posisi tertinggal 0-1, Barcelona justru menghantam Real Madrid 5-2. Momen heroik juga tercipta kontra Celta Vigo dan Valladolid, di mana Barca membalik defisit gol menjadi kemenangan dramatis.

Kebangkitan di Panggung Eropa

Di Liga Champions, cerita remontada semakin menggema. Melawan Benfica, Barcelona sempat tertinggal 1-3 dan 2-4, sebelum menutup laga dengan kemenangan gila 5-4.

Pertarungan kontra Inter Milan tak kalah emosional. Dari 0-2 dan 2-3, Barca menyamakan kedudukan menjadi 3-3, meski akhirnya harus puas berbagi poin. Satu-satunya catatan pahit justru terjadi di San Siro, ketika keunggulan 2-0 berubah menjadi kekalahan 3-4.

Filosofi Flick dan Mental Juara

Atletico Madrid pun pernah merasakan gigitan semangat Barcelona. Dari 0-2, mereka dipaksa bermain imbang 4-4, lalu di pertemuan lain Barca membalikkan keadaan dari 0-2 menjadi kemenangan 4-2.

El Clásico jilid kedua juga berlangsung dramatis. Dari posisi tertinggal 1-2, Blaugrana bangkit dan menang 3-2, menegaskan reputasi mereka sebagai spesialis comeback.

Hingga kini, catatan Flick berdiri di 11 kali remontada sukses. Dengan fleksibilitas taktik dan pressing agresif, Barcelona tak hanya sekadar menang, tapi juga menjelma menjadi tim yang hidup dari seni membalikkan keadaan.

Mungkin Anda Menyukai