Performa Timnas Indonesia Merosot Tanpa Shin Tae-yong, Vietnam Justru Panen Prestasi dengan Pelatih Korea

Pelatih asal Korea Selatan sempat menjadi figur sentral dalam perkembangan sepak bola Asia Tenggara. Tren ini bermula dari keberhasilan Park Hang-seo yang membawa Vietnam naik level dan meraih berbagai prestasi di kawasan ASEAN.

Kesuksesan tersebut kemudian menginspirasi negara lain. Indonesia menunjuk Shin Tae-yong, sementara Malaysia mempercayakan kursi pelatih kepada Kim Pan-gon. Namun, perjalanan kedua negara itu tidak berakhir manis.

Indonesia dan Malaysia dinilai terlalu cepat kehilangan kepercayaan. PSSI resmi mengakhiri kerja sama dengan Shin Tae-yong pada awal tahun ini, sebuah keputusan yang kini menuai kritik tajam seiring memburuknya hasil Timnas Indonesia.

Sejak pergantian pelatih, performa skuad Garuda justru menurun. Indonesia dipastikan gagal melaju ke Piala Dunia 2026 setelah hasil mengecewakan di bawah arahan Patrick Kluivert pada Oktober lalu. Tak hanya di level senior, kegagalan juga terjadi di kelompok usia muda.

Timnas U-22 Indonesia tersingkir lebih awal di SEA Games 2025. Di bawah kepemimpinan Indra Sjafri, Garuda Muda gagal melangkah keluar dari fase grup, hasil yang semakin memperkuat sorotan terhadap kebijakan pergantian pelatih.

Vietnam Konsisten, Hasilnya Terus Positif

Berbeda dengan Indonesia, Vietnam memilih jalur stabilitas. Mereka tetap mempertahankan pelatih asal Korea Selatan, Kim Sang-sik, dan keputusan tersebut terbukti membawa hasil positif.

Kim Sang-sik sebelumnya telah mempersembahkan gelar Piala AFF dan Piala AFF U-23 bagi Vietnam. Kini, pelatih berusia 48 tahun itu kembali membuka peluang menorehkan sejarah baru.

Vietnam U-22 sukses melaju ke final SEA Games 2025 setelah menyingkirkan Filipina dengan skor 2-0. Pertandingan semifinal tersebut digelar di Stadion Rajamangala, Bangkok, pada Senin (15/12/2025).

Peluang Sejarah untuk Kim Sang-sik

Jika Vietnam mampu meraih medali emas SEA Games 2025, Kim Sang-sik akan mencatatkan namanya dalam sejarah sepak bola Vietnam. Ia berpotensi menjadi pelatih pertama yang mampu mempersembahkan tiga gelar besar sekaligus: Piala AFF, Piala AFF U-23, dan emas SEA Games.

Kontras pencapaian Indonesia dan Vietnam ini kembali memunculkan perdebatan besar di Asia Tenggara: apakah kesabaran dan kesinambungan proyek lebih penting dibanding perubahan cepat yang belum tentu membawa hasil.

Mungkin Anda Menyukai