Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Thohir, kembali menyoroti perilaku negatif sebagian pengguna media sosial terhadap pemain Timnas Indonesia. Ia mengingatkan agar praktik bullying dan pemberitaan tidak berimbang terhadap para pemain segera dihentikan, karena hal itu dapat merusak semangat dan mental para atlet yang tengah berjuang mengharumkan nama bangsa.
Dalam keterangannya, Erick menegaskan bahwa media sosial seharusnya menjadi ruang untuk mendukung dan membangun citra positif sepak bola nasional, bukan menjadi tempat untuk menjatuhkan atau menekan pemain. Ia menilai, serangan komentar negatif dan hujatan yang sering muncul di dunia maya kerap berdampak buruk terhadap kondisi psikologis para pemain muda, bahkan bisa menurunkan performa mereka di lapangan.
“Jangan jadikan media sosial sebagai alat untuk menjatuhkan anak bangsa sendiri. Pemain-pemain kita berjuang dengan keras di lapangan. Mereka butuh dukungan, bukan cemoohan,” ujar Erick Thohir dengan nada tegas.
Menurutnya, media sosial memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi publik. Karena itu, ia berharap semua pihak — baik media, suporter, maupun masyarakat umum — dapat menggunakan platform digital dengan bijak. Erick juga menekankan pentingnya pemberitaan yang seimbang agar tidak menimbulkan tekanan berlebih bagi pemain yang sedang dalam sorotan.
“Media sosial bukan hanya untuk menyampaikan informasi, tapi juga berperan dalam melindungi pemain dari dampak psikologis akibat sorotan yang berlebihan. Kita harus ingat, mereka juga manusia yang punya perasaan dan beban,” lanjutnya.
Pesan Erick ini muncul setelah sejumlah pemain timnas menjadi sasaran kritik keras di dunia maya usai hasil kurang memuaskan di beberapa pertandingan terakhir. Beberapa di antara mereka bahkan memilih membatasi aktivitas media sosial karena tekanan yang terlalu besar.
Dengan pernyataan ini, Erick berharap publik dapat lebih dewasa dan mendukung perjuangan Timnas Indonesia secara positif. Ia menegaskan bahwa perubahan besar dalam sepak bola Indonesia hanya bisa terjadi jika semua elemen — mulai dari federasi, pelatih, pemain, hingga suporter — bersatu dan saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.
