Harapan tinggi yang sempat muncul di Anfield usai kemenangan atas Aston Villa dan Real Madrid kini memudar setelah kekalahan telak dari Manchester City. Dalam laga tersebut, Liverpool tak hanya tumbang 0–3, tetapi juga kehilangan arah permainan, intensitas, dan kepercayaan diri.
Kekalahan ini menjadi yang terburuk sejak Arne Slot mengambil alih kursi pelatih, sekaligus kali pertama The Reds gagal mencetak gol di Premier League dalam lebih dari setahun. Ironisnya, hanya beberapa hari sebelumnya mereka tampil meyakinkan di Eropa, namun di Etihad Stadium mereka justru terlihat tanpa daya menghadapi pasukan Pep Guardiola yang tampil sempurna di laga ke-1.000 sang pelatih.
Usai pertandingan, Slot mengakui bahwa timnya tengah berada di situasi sulit.
“Saya bahkan tidak berpikir soal perebutan gelar sekarang. Kenyataannya, kami ada di posisi kedelapan,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Lini Belakang Goyah dan Rekor Tandang Buruk
Hasil di Etihad memperpanjang catatan negatif Liverpool saat bermain di luar kandang. Dalam empat lawatan terakhir di Premier League — ke markas Crystal Palace, Chelsea, Brentford, dan Manchester City — mereka tak meraih satu pun poin. Kondisi seperti ini terakhir kali terjadi pada era Kenny Dalglish di tahun 2012.
Masalah terbesar bukan hanya hasil, melainkan cara mereka kalah. Pertahanan Liverpool rapuh, sudah kebobolan 17 gol dalam 11 pertandingan — catatan yang lebih buruk dibandingkan tim papan bawah seperti Fulham. Sebagai perbandingan, musim lalu di titik yang sama mereka baru kebobolan enam kali.
Bek Ibrahima Konaté kembali menjadi sorotan setelah dua kesalahannya dimanfaatkan oleh Erling Haaland untuk mencetak gol. Inkonsistensinya memunculkan keraguan, terutama dengan masa depannya yang belum pasti. Banyak pihak menilai Liverpool melewatkan kesempatan memperkuat lini belakang pada musim panas lalu, termasuk gagal merekrut Marc Guehi dari Crystal Palace.
Krisis Kreativitas dan Taktik yang Belum Efektif
Selain pertahanan, lini depan Liverpool juga tumpul. Hugo Ekitike gagal memberi dampak berarti sebelum digantikan Cody Gakpo, yang kemudian menyia-nyiakan peluang emas. Mohamed Salah pun mandek tanpa gol maupun assist melawan City — pertama kalinya sejak tahun 2020.
Dominik Szoboszlai hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran, sementara Federico Chiesa baru dimasukkan ketika laga sudah sulit diselamatkan. Slot sempat mencoba memainkan Florian Wirtz sebagai false nine, namun strategi tersebut tidak membuahkan hasil.
City mendominasi penuh, unggul dalam penguasaan bola, duel fisik, dan kontrol di lini tengah. Liverpool hanya memenangi 42 persen duel di babak pertama dan turun menjadi 35 persen setelah jeda. Slot mengakui kekalahan taktiknya dari Guardiola.
“Kami kalah di lini tengah, bukan karena para pemain tidak bekerja keras, tapi karena rencana permainan kami tidak berjalan,” jelasnya.
Dari Juara ke Krisis Identitas
Lima kekalahan dari 11 pertandingan awal membuat Liverpool kini jauh dari performa tim juara musim lalu. Slot menegaskan bahwa prioritas utama bukan lagi perburuan gelar, melainkan mengembalikan mental dan konsistensi tim, terutama di laga tandang.
Beberapa analis menilai Liverpool saat ini masih dalam masa transisi besar, dan lebih cocok berfokus pada ajang Liga Champions. Namun, jika tren negatif di Premier League berlanjut, posisi mereka di zona Eropa pun bisa terancam.
Kemenangan atas Villa dan Madrid tampaknya hanyalah jeda singkat sebelum badai yang lebih besar. Slot kini dihadapkan pada tugas berat: membangun kembali karakter dan kepercayaan diri tim yang pernah menaklukkan Inggris musim lalu.
