Produktivitas lini depan Timnas Indonesia U-23 mengalami penurunan dalam dua laga terakhir fase Grup A Piala AFF U-23 2025. Jelang semifinal, pelatih Gerald Vanenburg perlu segera mencari solusi agar Garuda Muda kembali tajam di depan gawang.
Pada pertandingan pamungkas grup melawan Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (21/7), Indonesia bermain imbang 0-0. Hasil ini memperpanjang catatan minim gol setelah sebelumnya hanya menang 1-0 atas Filipina melalui gol bunuh diri.
Padahal, Garuda Muda membuka turnamen dengan kemenangan meyakinkan 8-0 atas Brunei Darussalam. Penurunan tajam ini menjadi perhatian serius, apalagi lawan berikutnya di semifinal adalah Thailand—tim dengan pertahanan solid.
Masalah Bukan di Jumlah Peluang
Indonesia sebenarnya bukan tanpa peluang dalam dua laga terakhir. Saat menghadapi Filipina, Garuda Muda mencatatkan 17 tembakan dengan 8 tepat sasaran, namun gagal mencetak gol dari permainan terbuka.
Sementara saat melawan Malaysia, intensitas serangan menurun. Dari 11 tembakan, hanya 3 yang mengarah ke gawang. Meski sempat menciptakan peluang emas, penyelesaian akhir yang buruk membuat tim gagal mencetak gol.
Penyelesaian Akhir Jadi Pekerjaan Rumah
Ketajaman lini depan harus segera dibenahi. Pelatih Vanenburg pun mengakui bahwa penyelesaian akhir menjadi titik lemah tim dalam dua laga terakhir.
“Saya rasa benar, tim kami kurang dalam hal penyelesaian. Biasanya Jens [Raven] mudah membuat gol, tetapi malam ini tidak seperti itu,” ujar Vanenburg usai laga melawan Malaysia.
Padahal, Jens Raven masih menjadi top skor sementara turnamen dengan 6 gol, seluruhnya dicetak saat menghadapi Brunei. Bersama Hokky Caraka, keduanya harus kembali menemukan ketajaman di laga semifinal.
Alternatif Taktik dan Pemain
Beberapa nama bisa menjadi opsi untuk memperbaiki efektivitas serangan:
-
Muhammad Ferarri: Meski berposisi sebagai bek, dia punya kemampuan melepas umpan panjang akurat. Saat melawan Brunei, tiga umpan panjangnya berujung peluang dan gol.
-
Arkhan Fikri: Absen saat melawan Malaysia karena cedera, Arkhan merupakan kunci kreativitas di lini tengah. Kemampuannya membuka ruang dan melepas tembakan dari luar kotak bisa memberi variasi serangan.
Kehadiran Arkhan dapat memberikan dimensi baru dalam permainan—membantu distribusi bola, menambah opsi serangan, serta menjaga intensitas saat transisi.
Fokus dan Ketajaman Jadi Kunci di Semifinal
Menghadapi Thailand di semifinal akan menjadi ujian sesungguhnya bagi Garuda Muda. Lini depan harus lebih klinis dalam memanfaatkan peluang. Perlu adanya peningkatan fokus, variasi serangan, dan koordinasi lebih baik di sepertiga akhir lapangan.
Dengan pertahanan solid yang sudah terbukti, Garuda Muda hanya tinggal menyempurnakan satu hal: mencetak gol.