Declan Rice tiba di Arsenal pada musim panas 2023 sebagai gelandang bertahan top, namun Mikel Arteta sudah melihat potensi yang lebih besar. Dua setengah tahun berlalu, Rice berevolusi dari sekadar No.6 menjadi pemain serbabisa yang memengaruhi hampir semua aspek permainan Arsenal—dari distribusi, pressing, hingga set-piece.
Arteta menjulukinya sebagai “lighthouse”—sosok yang memberi arah dan kejelasan bagi tim. Julukan itu kini terasa tepat melihat peran Rice sebagai pusat ritme permainan The Gunners.
Evolusi Peran dan Pengaruh
Awalnya Rice lebih banyak beroperasi sebagai gelandang bertahan. Namun memasuki paruh kedua musim debutnya, ia didorong lebih tinggi sebagai box-to-box dan langsung menunjukkan pengaruh berbeda.
Sejak dipercaya mengambil bola mati pada Januari 2024, kontribusinya meningkat tajam, termasuk dua gol tendangan bebas melawan Real Madrid pada Maret—salah satunya masuk nominasi Puskas 2025.
Mobilitas, keberanian progresi bola, serta kemampuannya menyesuaikan ruang semakin terlihat setelah kedatangan Martin Zubimendi. Pada usia 26 tahun, Rice terus menambah dimensi baru dalam permainannya.
Kepercayaan Penuh dari Arteta
Arteta tak hanya mengagumi kualitas teknis Rice, tetapi juga karakter dan jiwa kepemimpinannya.
“Saat Anda melihatnya, Anda tahu ke mana harus melangkah,” ujar Arteta. “Ia memberi fokus dan arah.”
Kepercayaan itu terlihat ketika Rice untuk pertama kali mengenakan ban kapten saat Arsenal menang 3-1 atas Bayern Munich di Liga Champions—13 menit yang sudah cukup menunjukkan tanggung jawab besarnya.
Konsistensi dan Kepemimpinan
Meski bukan satu-satunya pemimpin di skuad—ada Odegaard, Saka, Gabriel, dan Merino—Rice menjadi pilar stabilitas berkat konsistensinya. Ia mengakui sempat memulai musim sebelumnya dengan lambat, tetapi ritmenya meningkat setelah pergantian tahun berkat manajemen beban kerja yang tepat.
Arteta pun yakin puncak performa Rice belum tercapai. “Kami tahu masih ada banyak lagi yang bisa ia berikan,” ucapnya.
Detail Kecil yang Menunjukkan Ambisi
Rice juga bereksperimen dengan lemparan jauh, meski Arteta menegaskan bahwa ia tidak diminta menjadi spesialis ala Michael Kayode. Fokus utama tetap menjadikan Rice figur sentral yang memengaruhi pertandingan dari berbagai area.
Evolusinya dari tahun ke tahun kini menjadi bagian penting dalam ambisi Arsenal mengejar gelar besar yang belum mereka raih dalam beberapa musim terakhir.
