Ruang ganti Timnas Indonesia pada era 2000-an menyimpan banyak kisah menarik yang jarang diketahui publik. Di balik ketegangan setiap laga besar, ada momen hangat dan lucu yang memperlihatkan sisi lain para pemain legendaris seperti Bambang Pamungkas, Firman Utina, dan Budi Sudarsono.
Bambang, Firman, serta Atep hadir sebagai bintang tamu dalam talkshow Peluit Panjang di ajang Vidio Sports Festival, yang digelar di Plaza Timur Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (19/10/2025). Dalam kesempatan itu, mereka berbagi cerita ringan seputar suasana di balik layar skuad Garuda dua dekade silam.
“Ruang Ganti Itu Tempat Karakter Asli Pemain Muncul”
Bambang Pamungkas membuka cerita dengan mengenang atmosfer khas di ruang ganti Timnas Indonesia pada masa kejayaannya. Menurutnya, ruang ganti bukan sekadar tempat persiapan, tetapi juga ruang di mana karakter sejati setiap pemain terlihat jelas.
“Sebenarnya terlalu banyak cerita menarik di ruang ganti. Itu tempat di mana setiap pemain tampil dengan karakter aslinya,” kata Bambang.
“Kalau ada pemain yang gugup, kelihatan banget. Kalau ada yang terlalu percaya diri, kelihatan juga. Tapi di masa itu, hal-hal seperti ini nggak banyak terekspos karena media belum sebanyak sekarang.”
Elie Aiboy Si Penghibur, Budi Sudarsono Si Pembawa Hoki
Legenda Persija Jakarta itu juga mengenang Elie Aiboy sebagai sosok yang selalu mencairkan suasana sebelum pertandingan besar.
“Elie Aiboy itu pemain yang selalu bisa bikin suasana ruang ganti jadi santai. Mau lawannya siapa pun, dia selalu bisa bikin teman-teman rileks dengan candaan atau tingkah lucunya,” ujar Bepe.
Selain Elie, Bambang juga menyinggung kebiasaan khas Budi Sudarsono yang dipercaya membawa keberuntungan bagi tim.
“Kalau Budi sudah nyanyi Sewu Kutho di ruang ganti, itu pertanda bagus. Biasanya dia mainnya luar biasa dan pasti cetak gol,” ujar Bambang sambil tertawa.
“Tapi kalau dia masuk ruang ganti diam saja, nggak nyanyi, itu malah bikin kami khawatir,” imbuhnya.
Lagu Sewu Kutho, yang dipopulerkan oleh mendiang Didi Kempot pada 1999, rupanya menjadi bagian dari ritual tak tertulis di skuad Garuda era 2000-an.
Firman Utina: “Ruang Ganti Itu Dunia yang Penuh Fokus dan Ritual”
Firman Utina turut memperkuat cerita nostalgia tersebut. Ia menggambarkan ruang ganti Timnas Indonesia sebagai tempat yang penuh konsentrasi dan kebiasaan pribadi setiap pemain menjelang laga besar.
“Kalau dilihat dari luar, ruang ganti itu kelihatan tenang dan mewah. Tapi di dalam kepala pemain, semua tegang. Kadang sampai lupa keluarga duduk di mana,” kata Firman.
Menurutnya, setiap pemain punya ritual unik untuk menenangkan diri.
“Ada yang pakai headset, ada yang dengar pengajian, ada juga yang dipijat sambil nyanyi kayak Budi Sudarsono. Kalau saya, fokusnya lebih ke gimana caranya bisa kasih umpan ke striker dengan tepat,” ungkap mantan kapten Timnas itu.
Dari Era Individu ke Sepak Bola Modern yang Kolektif
Firman juga membandingkan perbedaan gaya permainan antara generasinya dengan sepak bola Indonesia masa kini.
“Kalau di zaman kami dulu, permainan lebih mengandalkan kemampuan individu. Sekarang sepak bola sudah jauh lebih kolektif dan sistematis,” jelasnya.
Cerita dari Bambang dan Firman menjadi pengingat bahwa ruang ganti Timnas Indonesia bukan sekadar tempat strategi, melainkan ruang emosi, tawa, dan kebersamaan.
Dari nyanyian Sewu Kutho milik Budi Sudarsono hingga candaan khas Elie Aiboy, semuanya menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah emas Garuda di awal 2000-an.
