Didier Deschamps tengah menikmati babak akhir perjalanannya sebagai pelatih Timnas Prancis. Ia telah memastikan akan mundur dari jabatannya setelah gelaran Piala Dunia 2026 mendatang.
Les Bleus kini berada di ambang kelolosan menuju turnamen akbar yang akan digelar di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada. Tiket ke putaran final bisa diamankan jika mereka mampu menaklukkan Ukraina di Parc des Princes.
Saat ini, Prancis memimpin Grup D Kualifikasi Piala Dunia zona UEFA dengan keunggulan tiga poin atas Ukraina. Kemenangan pada laga Kamis mendatang akan memastikan langkah sang juara dunia 2018 menuju turnamen tahun depan.
Deschamps ingin menutup era panjangnya dengan kenangan manis dan catatan impresif. Sejak memegang kendali pada 2012, pelatih berusia 57 tahun itu telah mempersembahkan 110 kemenangan dari 173 pertandingan bersama Les Bleus — sebuah rekor luar biasa dalam sejarah tim nasional Prancis.
Fokus Menikmati Masa Sekarang
Deschamps menegaskan bahwa fokus utamanya saat ini hanya tertuju pada laga penentuan melawan Ukraina. Ia menganggap keberhasilan lolos ke turnamen besar secara beruntun merupakan kewajiban bagi tim sekelas Prancis.
Meskipun pengalaman menjadi aset berharga, Deschamps menyadari bahwa setiap perjalanan memiliki tantangan berbeda. Ia memilih untuk tidak terjebak dalam nostalgia dan berusaha menikmati setiap momen yang tersisa di kursi kepelatihan.
“Yang paling penting adalah apa yang terjadi besok,” ujar Deschamps.
“Rangkaian kualifikasi beruntun tentu hal yang baik, tetapi itu memang tugas kami sebagai tim nasional Prancis,” tambahnya.
Tidak Ada Waktu Menoleh ke Belakang
Tahun 2025 menjadi fase krusial bagi Prancis untuk kembali memastikan tempat di panggung dunia. Deschamps menekankan pentingnya menghargai setiap proses, terutama di laga-laga penentu seperti melawan Ukraina.
Meski masa jabatannya akan segera berakhir, ia enggan menoleh ke belakang. Baginya, fokus terhadap apa yang ada di depan jauh lebih penting daripada merayakan masa lalu.
“Pengalaman memang membantu, tapi setiap cerita selalu berbeda,” ucapnya.
“Saya tidak memikirkan masa lalu. Kami menghadapi pertandingan ini di Parc des Princes, tahun 2025, dengan satu tujuan — lolos lagi. Saya di sini, dan saya menikmatinya.”
Momen Krusial di Parc des Princes
Laga melawan Ukraina di Paris akan menjadi pintu pembuka menuju tahun terakhir kepemimpinan Deschamps. Setelah itu, Prancis dijadwalkan bertandang ke Baku untuk menghadapi Azerbaijan pada akhir pekan.
Filosofi Deschamps jelang perpisahannya sederhana: nikmati pekerjaan, raih kemenangan. Ia ingin para pemainnya tampil lepas namun tetap fokus menjaga misi utama — memastikan tiket ke Piala Dunia 2026.
“Anda harus menghargai setiap momen, terutama dalam persiapan menuju pertandingan penting seperti ini,” tuturnya.
“Semua tentang bagaimana mengelola momen sekarang dan menikmatinya. Saya tidak pernah benar-benar melihat ke kaca spion.”
Senjata Baru Bernama Rayan Cherki
Deschamps juga memanggil kembali Rayan Cherki untuk memperkuat skuad pada jeda internasional kali ini. Gelandang kreatif Manchester City itu dinilai bisa menambah variasi serangan setelah mencatat empat gol dan empat assist musim ini.
Kehadirannya disambut positif oleh kapten tim, Kylian Mbappé, yang menilai Cherki sebagai salah satu talenta paling menjanjikan di generasinya.
“Cherki adalah bakat istimewa. Dia punya karunia luar biasa dan tahu cara memanfaatkannya,” puji Mbappé.
“Dia sudah beradaptasi dengan sangat baik di dalam tim, sama seperti di Manchester City — yang bukan hal mudah. Kita bisa melihat bagaimana dia mulai membangun koneksi spesial dengan nomor sembilan kami.”
