AC Milan tengah melewati periode sulit di Serie A 2025/2026. Bukan karena kehilangan arah permainan, melainkan karena absennya dua figur kunci yang selama ini menjadi penopang performa tim: Adrien Rabiot dan Christian Pulisic.
Rabiot sudah menepi sejak pertengahan Oktober akibat cedera betis. Lebih dari tiga pekan berlalu, gelandang asal Prancis itu telah melewatkan enam pertandingan penting bersama Rossoneri.
Ketidakhadirannya langsung berdampak pada keseimbangan lini tengah — area yang selama ini menjadi sumber kestabilan Milan dalam transisi dan penguasaan bola.
Sementara itu, Christian Pulisic juga sempat absen karena masalah kebugaran. Cedera yang dialaminya membuat winger asal Amerika Serikat itu menepi selama empat laga. Ia baru kembali akhir pekan lalu saat Milan ditahan Parma 2-2 pada pekan ke-11 Serie A.
Meski kembali merumput, absensi Pulisic masih meninggalkan jejak. Kreativitas dan efektivitas serangan Milan terasa berkurang tanpa pergerakan dan kontribusi eksplosifnya di sisi kanan.
Dampak Langsung di Lapangan
Data dari MilanNews menunjukkan betapa pentingnya dua pemain ini bagi performa tim. Saat Rabiot dan Pulisic bermain bersama, Milan mencatat rata-rata 2,5 poin per pertandingan — level performa yang identik dengan tim juara.
Kemenangan atas Bologna (1-0), Napoli (2-1), dan Udinese (3-0), serta hasil imbang berharga di markas Juventus, menjadi bukti nyata kontribusi keduanya.
Namun, begitu keduanya absen, grafik performa Milan menurun tajam. Rata-rata poin anjlok menjadi 1,8 per laga, dan kemenangan yang dulu terasa mudah kini berubah menjadi hasil imbang melawan Pisa, Atalanta, dan Parma.
Lini tengah kehilangan soliditas, sementara serangan tak lagi seefektif biasanya. Tanpa dua pilar ini, Rossoneri terlihat gamang dalam menjaga konsistensi di papan atas klasemen.
Rindu Dua Pilar: Rabiot dan Pulisic
Ketiadaan Adrien Rabiot membuat Milan kehilangan penyeimbang utama permainan. Kombinasi kekuatan fisik, visi, dan kecerdasan taktik menjadikannya jangkar yang sangat vital di bawah sistem Massimiliano Allegri.
Rabiot bukan hanya pelindung lini belakang, tetapi juga penghubung antarlini yang menjaga ritme permainan tetap stabil — sesuatu yang kini jelas dirindukan Milan.
Sementara itu, absennya Pulisic membuat daya dobrak Milan di sisi kanan menurun drastis. Christopher Nkunku dan Santiago Giménez kesulitan beradaptasi tanpa aliran bola dari sayap yang biasanya digerakkan oleh pemain asal Amerika Serikat itu.
Meski Rafael Leão sudah kembali dan memberi warna baru di lini depan, permainan Milan belum sepenuhnya hidup tanpa kehadiran Pulisic yang mampu membuka ruang dan menciptakan peluang.
Menanti Kembalinya Keseimbangan
Dengan kondisi seperti ini, Milan seolah berjalan pincang — kehilangan “sayap” dan “jantung” permainannya sekaligus.
Rabiot dibutuhkan untuk menjaga tempo dan struktur permainan, sementara Pulisic diperlukan untuk menghidupkan kreativitas serta variasi serangan.
Jika keduanya pulih sepenuhnya, Milan diyakini akan kembali menjadi kekuatan menakutkan dalam perburuan gelar Serie A musim ini.
