Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, membagikan cerita di balik pertemuannya dengan Presiden Federasi Sepak Bola Jepang (JFA), Tsuneyasu Miyamoto, serta Sekretaris Jenderal AFC, Datuk Seri Windsor John, di sela-sela ajang AFC Awards 2025 yang digelar di Riyadh, Arab Saudi, pada 16 Oktober 2025.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Sekjen PSSI, Yunus Nusi, Amali menegaskan bahwa diskusi tersebut turut membahas kabar yang beredar mengenai rencana Jepang keluar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk membentuk konfederasi baru.
“Memang sempat muncul kabar seperti itu waktu di sana. Karena informasinya dari Jepang, saya langsung tanyakan saat makan siang kepada Presiden JFA,” ujar Amali.
Klarifikasi dari Presiden JFA
Kabar mengenai kemungkinan Jepang keluar dari AFC pertama kali muncul lewat laporan media Jepang, Football Tribe, pada 17 Oktober 2025, yang mengutip media Irak, UTV.
Dalam laporannya, disebutkan bahwa Jepang bersama beberapa negara Asia Timur dikabarkan berencana membentuk ‘Aliansi Asia Timur’ sebagai bentuk protes terhadap dugaan manipulasi kompetisi di AFC.
Namun, Amali memastikan isu itu tidak benar setelah berbicara langsung dengan Miyamoto.
“Beliau bilang tidak ada rencana seperti itu. Hanya rumor saja. Jepang tidak menyatakan keluar, meski memang ada beberapa isu ketidakpuasan,” jelas Amali.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia tetap berkomitmen penuh menjadi bagian dari AFC.
“Apalagi Indonesia tidak pernah punya niat seperti itu. Saya kira kita harus tetap di AFC, karena membentuk konfederasi baru bukan hal yang mudah,” tegasnya.
Tidak Mudah Bentuk Konfederasi Baru
Amali menjelaskan bahwa pembentukan konfederasi baru tidak hanya memerlukan dukungan politik antarnegara, tetapi juga pengakuan resmi dari FIFA.
Tanpa restu dari federasi sepak bola dunia tersebut, menurutnya, langkah seperti itu hampir mustahil dilakukan.
“Membangun sinergi antaranggota dan menentukan siapa yang memimpin saja sudah sulit. Belum tentu juga FIFA merestui pembentukan konfederasi baru,” ungkapnya.
“Sekarang yang diakui FIFA adalah AFC, jadi saya kira Indonesia tetap berada di sana.”
Perkuat Diplomasi di AFC
Lebih lanjut, Amali menilai Indonesia perlu memperkuat posisi diplomatiknya di level regional, agar dapat berperan lebih strategis dalam pengambilan keputusan di AFC.
Ia menyoroti pentingnya menjalin komunikasi yang lebih baik dengan negara-negara Arab dan memperbanyak perwakilan di struktur organisasi AFC.
“Kita perlu memperbaiki komunikasi dengan AFC, karena negara lain punya banyak perwakilan di sana. Saat ini, menurut saya, Indonesia belum punya cukup representasi di komite-komite di bawahnya,” ujar Amali.
“Selama ini hubungan kita dengan negara-negara Arab juga belum terlalu dekat. Maka, perlu dibuka jalur komunikasi yang lebih baik, apalagi Sekjen AFC berasal dari Malaysia, jadi harusnya lebih mudah,” tambahnya.
Amali menutup dengan menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk tetap menjadi bagian dari keluarga besar AFC.
“Saya berpandangan, Indonesia sebaiknya tetap di AFC. Hanya saja, kita perlu memperbaiki hal-hal yang selama ini masih kurang.”
