Pandit sepak bola Inggris, Gabby Agbonlahor, dengan lantang meminta manajemen Manchester United memecat manajer Ruben Amorim. Menurutnya, hasil buruk yang diraih Setan Merah serta gestur para pemain di lapangan menunjukkan hilangnya kepercayaan diri dan arah permainan di bawah kepemimpinan Amorim.
Agbonlahor menilai kondisi para pemain United mencerminkan runtuhnya mentalitas yang seharusnya dimiliki tim sebesar Manchester United. Situasi di ruang ganti pun disebut makin memburuk, meski Amorim sudah hampir setahun menduduki kursi manajer.
Padahal, pria asal Portugal itu awalnya digadang-gadang sebagai sosok penyelamat setelah era Erik ten Hag berakhir. Namun, perjalanan Amorim justru menyeret United ke salah satu periode terburuk mereka di Premier League. Dengan catatan 17 kekalahan dari 33 laga liga, tekanan untuk segera memutus kerja sama kian membesar.
Kritik Pedas Agbonlahor
Mantan penyerang Aston Villa itu tanpa ragu menyebut Amorim gagal total di Old Trafford. Ia menyoroti performa tim yang kehilangan identitas serta para pemain yang tampak tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
“Lihat statistik Amorim: 33 pertandingan, hanya sembilan kemenangan, tujuh imbang, 17 kekalahan, selisih gol minus 14, dan hanya lima clean sheet,” ungkap Agbonlahor dikutip dari talkSPORT.
“Pemecatan ini harus dilakukan. Para pemain terlihat takut bermain untuk Manchester United,” tegasnya.
Statistik Buruk yang Tak Terbantahkan
Data memang mendukung kritik tajam Agbonlahor. Sejak menggantikan Erik ten Hag pada November lalu, Amorim hanya mampu membawa United meraih sembilan kemenangan di liga.
Musim lalu, mereka finis di posisi ke-15 dengan 42 poin—salah satu rekor terburuk sepanjang sejarah klub. Tren negatif berlanjut musim ini, dengan dua kekalahan dari enam laga pembuka serta tersingkir memalukan di Carabao Cup dari tim League Two, Grimsby Town.
Situasi tak menentu ini membuat masa depan Amorim semakin rapuh. Sejumlah nama mulai dipertimbangkan manajemen United sebagai pengganti potensial, di antaranya Gareth Southgate, Oliver Glasner, hingga Andoni Iraola.
