Bintang asal Korea Selatan, Son Heung-min, mengumumkan keputusan besar terkait masa depannya. Setelah hampir satu dekade membela Tottenham Hotspur, Son memastikan akan hengkang dari klub pada musim panas ini.
Kabar tersebut disampaikannya dalam konferensi pers pra-musim bersama pelatih Thomas Frank, jelang laga uji coba melawan Newcastle. Dalam kesempatan itu, Son menyebut bahwa keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan matang, dan mendapat dukungan penuh dari pihak klub.
Perpisahan yang Penuh Emosi
Didatangkan dari Bayer Leverkusen pada 2015, Son telah menjadi salah satu pemain paling penting dan dicintai di Tottenham. Meski begitu, ia merasa kini adalah waktu yang tepat untuk mencari tantangan baru.
“Dengan penuh hormat, saya umumkan bahwa musim panas ini saya akan meninggalkan klub,” ujar Son.
“Klub sangat menghormati keputusan saya. Ini adalah keputusan tersulit dalam karier saya, tapi saya percaya sudah saatnya mencoba lingkungan baru untuk perkembangan pribadi dan profesional,” lanjutnya.
Son mengungkapkan betapa besar arti Tottenham baginya.
“Saya datang ke London Utara sebagai bocah yang tak bisa berbahasa Inggris. Kini saya pergi sebagai pria yang telah tumbuh bersama klub ini. Terima kasih kepada semua suporter Spurs atas cinta dan dukungan luar biasa selama ini.”
Menuju MLS?
Son dikabarkan akan melanjutkan kariernya di Major League Soccer (MLS) bersama klub asal Los Angeles, LAFC. Laporan menyebutkan bahwa proses negosiasi telah berlangsung intens dan berjalan positif.
Jika kepindahan ini terwujud, Son akan menjadi salah satu pemain Asia dengan profil tertinggi yang tampil di MLS. Kehadirannya diyakini akan meningkatkan eksposur liga dan menarik perhatian global, khususnya dari pasar Asia.
Legenda Spurs dengan Catatan Gemilang
Selama sembilan tahun berseragam Spurs, Son telah mencatatkan 454 penampilan dan mencetak 173 gol di semua kompetisi. Ia direkrut dari Leverkusen dengan nilai transfer 22 juta pounds, dan sejak itu menjelma menjadi ikon klub.
Puncak kariernya di Spurs terjadi musim lalu, ketika ia akhirnya mengangkat trofi pertamanya setelah membantu Tottenham mengalahkan Manchester United di final Liga Europa—sebuah penutup manis bagi kebersamaannya dengan klub London Utara.