Sepanjang tahun 2025, prestasi sepak bola Indonesia dinilai mengalami penurunan yang cukup memprihatinkan. Timnas Indonesia di berbagai level usia yang sebelumnya sempat mencatat lonjakan prestasi di level Asia bahkan dunia, kini justru terlihat mengalami kemunduran drastis.
Publik tak bisa menutup mata terhadap kontribusi besar Shin Tae-yong selama lima tahun menangani Timnas Indonesia, baik di level U-23 maupun senior. Di bawah arahan pelatih asal Korea Selatan tersebut, Timnas Indonesia U-23 mampu menembus semifinal Piala Asia U-23 2024 dan nyaris merebut tiket ke Olimpiade Paris 2024.
Namun, setelah Shin Tae-yong didepak dan posisinya digantikan Gerald Vanenburg, performa Timnas Indonesia U-23 merosot tajam. Perubahan gaya bermain membuat skuad Garuda Muda gagal meraih gelar Piala AFF U-23 2025 dan tampil kurang meyakinkan pada Kualifikasi Piala Asia U-23.
Episode kelam berlanjut di SEA Games 2025 yang digelar di Thailand. Alih-alih mempertahankan medali emas yang diraih di SEA Games Kamboja dua tahun sebelumnya, Timnas Indonesia U-22 yang ditangani Indra Sjafri harus tersingkir di fase Grup C.
Kini, harapan pencinta sepak bola nasional tersisa pada ajang Piala Asia 2027 di Arab Saudi. Jika Jay Idzes dan rekan-rekan gagal menyamai pencapaian Piala Asia 2023 di Qatar dengan menembus babak 16 besar, maka penderitaan sepak bola Indonesia pada periode ini akan terasa semakin lengkap.
Pembinaan Harus Dimulai dari Akar Rumput
Pergantian pelatih di level senior dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert pun belum membuahkan hasil signifikan. Timnas Indonesia gagal melaju ke Piala Dunia 2026 meski sempat berada satu langkah dari putaran final.
Langkah Indonesia terhenti di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 setelah harus mengakui keunggulan Arab Saudi dan Irak.
Salah satu tokoh sepak bola nasional yang menyoroti penurunan prestasi tersebut adalah Dali Tahir, mantan pengurus PSSI sekaligus eks anggota Komite Etik FIFA. Ia menilai solusi jangka panjang hanya bisa ditempuh melalui pembinaan berkelanjutan.
“Ada satu prinsip utama dalam sepak bola, prestasi tidak bisa diraih secara instan. Solusinya, PSSI dengan dukungan penuh negara harus melakukan pembinaan dari akar rumput. Jika dilakukan dengan benar dan didukung fasilitas terbaik, Timnas Indonesia tidak akan kekurangan pemain di semua level,” ujar Dali Tahir.
Gagal ke Piala Dunia 2026 Dinilai Wajar
Menurut Dali Tahir, kegagalan Timnas Indonesia melaju ke Piala Dunia 2026 sejatinya merupakan hal yang wajar jika melihat peta kekuatan sepak bola dunia.
“Kita terlalu bernafsu tanpa menyadari kekuatan sendiri. Terbukti, pendekatan instan melalui naturalisasi pemain diaspora belum membuahkan hasil,” katanya.
Ia pun mengajak publik untuk lebih realistis dalam memandang target prestasi.
“Apakah kita malu jika Indonesia baru bisa tampil di Piala Dunia 30 tahun lagi? Itu bukan hal mustahil jika sejak sekarang PSSI serius membina anak-anak kita sendiri dengan baik. Kita harus realistis. Jauh lebih banyak potensi anak-anak lokal dibandingkan pemain keturunan di luar negeri,” lanjutnya.
Kritik untuk Jajaran Pengurus PSSI
Dali Tahir juga melontarkan kritik keras terhadap struktur organisasi PSSI. Ia menilai kualitas federasi sangat menentukan prestasi di lapangan.
“Langkah berikutnya adalah membenahi organisasi PSSI. Prestasi akan baik jika organisasinya juga baik. Federasi harus diisi oleh orang-orang yang benar-benar paham sepak bola dan memiliki darah bola,” tegasnya.
Ia juga menyoroti kepatuhan terhadap Statuta PSSI.
“Pengurus PSSI wajib taat pada Statuta. Dari pengamatan saya, banyak rambu-rambu dalam Statuta justru dilanggar sendiri. Ironisnya, pelanggaran itu dianggap biasa dan bahkan menjadi tradisi,” paparnya.
Soal Pelatih, Jangan Terjebak Fanatisme
Terkait pemilihan pelatih Timnas Indonesia, Dali Tahir menegaskan bahwa fanatisme terhadap negara asal pelatih sudah tidak relevan di era sepak bola modern.
“Sepak bola kini bersifat global. Timnas Brasil saja dilatih Carlo Ancelotti yang berasal dari Italia. Timnas Indonesia juga tidak bisa fanatik harus dilatih oleh pelatih dari negara tertentu. Yang terpenting adalah bagaimana pelatih tersebut mampu mengangkat prestasi Timnas Indonesia,” pungkasnya.
