Getir Sepak Bola Indonesia di SEA Games 2025: Passing Berantakan, Kontrol Bola Lemah, Terlalu Terburu-Buru

Kemenangan 3-1 atas Myanmar pada laga penentuan Grup C SEA Games 2025 tetap tak mampu menyelamatkan Timnas Indonesia U-23. Garuda Muda harus tersingkir dan gagal melaju ke semifinal setelah kalah selisih gol dari Malaysia.

Sebelumnya, Indonesia kalah 0-1 dari Filipina. Meski menutup laga dengan tiga poin, jumlah gol yang dicetak Indonesia tidak cukup untuk mengungguli Malaysia, yang memasukkan empat gol dan kebobolan tiga.

Tiga gol Indonesia masing-masing dicetak oleh Tony Firmansyah dan dua gol (brace) dari Jens Raven, sementara Myanmar membuka keunggulan lebih dulu jelang turun minum.

Pengamat sepak bola nasional, Ronny Pangemanan, turut menyoroti kegagalan menyakitkan ini.

“Sangat disayangkan. Kita menang 3-1 tapi tetap gagal lolos karena Malaysia yang unggul selisih gol. Kalau Malaysia kalah 3-0 kemarin, kita pasti lolos. Ini terasa pahit,” ujar Ronny di kanal YouTube Bung Ropan.


Tampil Melempem

Ropan menilai permainan Indonesia jauh dari harapan.

“Permainan kita tidak greget. Gol-gol baru terjadi di injury time. Kalau dua gol itu datang sebelum menit ke-80, peluang mengejar skor 4-1 masih mungkin,” jelasnya.

Meski menang, hasil tersebut tetap tak membawa Indonesia ke semifinal, yang kini sudah menunggu tuan rumah Thailand. Posisi runner-up terbaik pun menjadi milik Malaysia.


Awal Petaka: Kebobolan Lebih Dulu

Menurut Ropan, kegagalan Indonesia bermula dari gol cepat Myanmar yang membuat pemain terbebani.

“Kalau saja kita tidak kebobolan, skor 3-0 sudah cukup untuk lolos. Tapi gol pertama itu membuat mental pemain tertekan,” ujar Ropan.

Masuknya Jens Raven dinilai tepat karena ia mampu mencetak dua gol. Namun keputusan tersebut datang terlambat.

“Toni bikin gol untuk 1-1, lalu Jens masuk dan mencetak dua gol, tapi momennya sudah mepet,” ungkapnya.


Pelajaran dari Myanmar

Ropan menilai performa Indonesia masih jauh dari standar, sementara Myanmar justru tampil lebih baik secara permainan meski akhirnya kalah.

“Banyak passing salah, kontrol bola buruk, bermain terlalu terburu-buru. Justru Myanmar lebih terkontrol, umpan mereka rapi, dan mereka hanya butuh hasil imbang,” terangnya.

Di sisi lain, kreativitas Indonesia dinilai hilang total.

“Kita minim greget. Kreativitas di tengah tidak muncul, sehingga hubungan antara lini tengah dan depan menjadi putus,” tutupnya.

Mungkin Anda Menyukai